Jumat, 05 Juni 2015

PEMBELAJARAN BERNUANSA BIMBINGAN DAN BERORIENTASI PERUBAHAN PERILAKU



Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi lebih baik. Oleh karena itu dibutuhkan pembelajaran bernuansa bimbingan dan berorientasi perubahan perilaku. Guru diharapkan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki. Namun mentransfer pula nilai-nilai yang baik yang terkandung dalam ilmu yang disampaikannya.
            Pencetus pendidikan karakter di Barat adalah pedagog Jerman, FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter merupakan reaksi atas kejumudan pedagogi natural Rousseauian dan instrumentalis pedagogi Deweyan, pedagogi puerocentris yang meletakan pendidikan berdasarkan atas spontanitas anak-anak yang mewarnai eropa dan amerika serikat abad ke-19.
           
Pendidikan karakter telah diwacanakan agar menjadi kewajiban semua pihak, namun dunia pendidikanlah yang paling bertanggung jawab terhadap kewajiban ini. Penanggung jawab utama dalam dunia pendidikan tentu saja guru, jadi guru lah yang menjadi penentu keberhasilan pendidikan karakter.
            Penguasaan Materi atau Bahan Ajar di kelas menjadi landasan pokok seorang Guru atau tenaga pengajar untuk memiliki kemampuan mengajar. Penguasaan Materi atau Bahan Ajar di kelas seorang Guru atau tenaga pengajar dilakukan dengan cara membaca buku-buku pelajaran atau refrensi - refrensi lainnya yang mendukung bahan ajar yang akan di sampaikan. Kemampuan penguasaan Materi atau Bahan Ajar di kelas mempunyai kaitan yang erat dengan kemampuan mengajar Guru atau tenaga pengajar, semakin dalam penguasaan seorang Guru atau tenaga pengajar dalam Materi atau Bahan Ajar di kelas/bahan ajar maka dalam mengajar akan lebih berhasil jika ditopang oleh kemampuannya dalam menggunakan metode atau gaya dan cara mengajar.
Peran Guru atau tenaga pengajar dalam Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen Kelas:
1.      Pembelajaran yang efektif terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik baik sebagai dampak instruksional maupun dampak pengiring. Proses pembelajaran berlangsung dalam suatu adegan yang perlu ditata dan dikelola menjadi suatu lingkungan atau kondisi belajar yang kondusif.
2.      Pendekatan pluralistik dalam manajemen kelas memadukan berbagai pendekatan, dan memandang manajemen kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang efektif.
3.      Masalah pengajaran dan manajemen kelas adalah dua hal yang dapat dibedakan tetapi sulit dipisahkan. Keduanya saling terkait; manajemen kelas merupakan prasyarat bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif.
4.      Lingkungan belajar dikembangkan dan dipelihara dengan memperhatikan faktor keragaman dan perkembangan peserta didik. Manajemen kelas dikembangkan melalui tahap-tahap: perumusan kondisi ideal, analisis kesenjangan, pemilihan strategi, dan penilaian efektivitas strategi.
5.      Penataan lingkungan fisik kelas merupakan unsur penting dalam manajemen kelas karena memberikan pengaruh kepada perilaku Guru atau tenaga pengajar dan peserta didik.
Di dalam bidang pendidikan nilai/moral muncul kesadaran akan perlunya digunakan pendekatan komperhensif yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang mampu membuat keputusan moral dan sekaligus memiliki perilaku yang terpuji berkat pembiasaan terus-menerus dalam proses pendidikan. Pada dasarnya, pendekatan komperhensif dalam pendidikan nilai dapat ditinjau dari segi metode yang digunakan, pendidik yang berpartisipasi (guru, orang tua), dan konteks berlangsungnya pendidikan nilai/moral (sekolah, keluarga).
Dalam pendidikan nilai dan spiritualitas, pemodelan atau pemberian teladan merupakan strategi yang biasa digunakan. Untuk dapat menggunakan strategi ini, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, guru atau orang tua harus berperan sebagai model yang baik bagi murid-murid atau anak-anaknya. Kedua, anak-anak harus meneladani orang-orang terkenal yang berakhlak mulia, misalnya Nabi Muhammad saw.
Cara guru dan orang tua menyelesaikan masalah secara adil, menghargai pendapat anak, mengkritik orang lain secara santun, merupakan perilaku yang secara alami dijadikan model oleh anak-anak. Demikian juga apabila guru dan orang tua berperilaku yang sebaliknya, anak-anak juga secara tidak sadar akan menirunya. Oleh karena itu, para guru dan orang tua harus hati-hati dalam bertutur kata dan bertindak supaya tidak tertanamkan nilai-nilai negatif dalam sanubari anak.
1. Prinsip Umum
a.       Bimbingan harus berpusat pada individu yang di bimbingnya.
b.      Bimbingan diberikan kepada memberikan bantuan agar individu yang dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
c.       Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang dibimbing.
d.      Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.
e.       Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan individu     yang dibimbing.
f.       Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
g.      Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
h.      Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling dan pe;laksanaannya harus bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti dokter psikiater, serta pihak-pihak yang terkait lainnnya.
i.        Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan dan konseling, harus diadakan penilaian atau ekuivalensisecara teratur dan berkesinambungan.


2. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan Dengan Siswa
a.       Pelayanan BK harus diberikan kepada semua sisiwa.
b.      Harus ada kriteria untuk mengatur  prioritas pelayanan bimbingan dan konseling kepada individu atau siswa.
c.        Program pemberian bimbingan dan konseling harus berpusat pada siswa.
d.      Pelayanan dan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan beragam dan luas.
e.        Keputusan akhir dalam proses BK dibentuk oleh siswa sendiri.
f.        Siswa yang telah memperoleh bimbingan, harus secara berangsur-angsur dapat menolong dirinya sendiri.
3. Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Pembimbing
a.       Konselor harus melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
b.      Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan pengalaman, dan kemampuan.
c.       Sebagai tuntutan profesi, pembimbing atau konselor harus senantiasa berusaha mengembangkan dirinya dan keahliannya melalui berbagai kegiatan.
d.      Konselor hendaknya selalu mempergunakan berbagai informasi yang tersedia tentang siswa yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan yang membantu innsividu yang bersangkutan kearah penyesuaian diri yang lebih baik.
e.       Konselor harus menghormati, menjaga kerahasiaan informasi tentang siswa yang dibimbingnya.
f.       Konselor harus melaksanakan tugasnya hendaknya mempergunakan berbagai metode yang sama.
4. Prinsip yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi (Manajemen) Pelayanan Bimbingan Konseling
a.       bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan.
b.       Pelaksanaan bimbingan dan konseling ada di kartu pribadi (commulative record) bagi setiap siswa.
c.       program pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah atau madrasah yang bersangkutan.
d.      Harus ada pembagian waktu antar pembimbing, sehingga masing-masing pembimbing mendapat kesempatan yang sama dalam memberikan bimbingan dan konseling.
e.       Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam situasi individu atau kelompok sesuai dengan masalah yang dipecahkan dan metode yang dipergunakan dalam mememcahkan masalah terkait.
f.       Dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, sekolah dan madrasah harus bekerja sama dengan berbagai pihak.
g.      Kepala sekolah atau madrasah merupakan penanggung jawab utama dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.
Dari uraian prinsip layanan bimbingan dan konseling secara umum jelas bahwa pembelajaran matematika jika hanya jika guru matematika melaksanakan prinsip prinsip layanan bimbingan dan konseling di dalam PBM Matematika, tujuan dari pembelajaran matematika akan tercapai bahkan dapat memberikan dampak tiga ranah pembelajaran yang diharapkan, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan.
           










DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. (2012). “Hubungan antara Penguasaan Materi dan Kemampuan Mengajar di SD, SMP dan SMU”. [Online]. Tersedia: http://www.blog-guru.web.id/2012/01/hubungan-antara-penguasaan-materi-dan.html yang direkam pada Januari 2012 09:05 GMT. [23 Maret 2015].
Qomaruzzaman, Bambang. (2011). Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila. Bandung: Remaja Rosadakarya.
Zuchdi, Darmiyati. (2009). Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutirna. (2014). “Pembelajaran Matematika Bernuansa Prinsip Layanan Bimbingan dan Konseling Sangat Tepat untuk Pelaksanaan Kurikulum Matematika 2013”. [Online]. Tersedia:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar