Jumat, 05 Juni 2015

Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar



Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri (Syah, 2010:87).
            Konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Makmun, 2007:157).



Beberapa Karakteristik Perilaku Belajar
a.       bahwa perubahan intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya dan bukan secara kebetulan;dengan demikian, perubahan karena kemantapan dan kematangan atau keletihan atau karena penyakit tidak dapat dipandang sebagai perubahan hasil belajar;
b.      bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi siswa maupun dari segi guru;
c.       bahwa perubahan itu efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu bagi belajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksi dan dipengaruhi seperti dalam pemecahan masalah, baik dalam ujian, ulangan, dan sebagainya maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar mengajar
            Secara fundamental  ditegaskan bahwa keefektivan perilaku belajar itu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu:
a.       adanya motivasi, siswa harus menghendaki sesuatu
b.      adanya perhatian dan mengetahui sasaran, siswa harus memperhatikan sesuatu
c.       adanya usaha, siswa harus melakukan sesuatu
d.      adanya evaluasi dan pemantapan hasil siswa harus memperoleh sesuatu.
            Dengan mengembalikannya kepada tiga komponen utama dari proses belajar-mengajar (yang harus diperhatikan oleh setiap guru yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi PBM), ialah komponen-komponen: S (timulus), O(rganismic), R(esponse) (Makmun, 2007:164).
            Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
a.       faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
b.      faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
c.       faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
            Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan memengaruhi sutu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswi yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompoten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
            Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
            Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.
a.       faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang umum dari dalam diri siswa sendiri;
b.      faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
(Syah, 2010:170)
            Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit yakni jenis kesulitan belajar siswa.
            Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:
a.       menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa;
b.      mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikab;
c.       menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
            Setelah langkah-langkah diatas selesai, barulah guru melaksanakan langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan (Syah, 2010:173).



DAFTAR PUSTAKA
Makmun, Abis Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem      Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:            PT Remaja Rosdakarya.
 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar