Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri
(Syah, 2010:87).
Konsep
belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Makmun,
2007:157).
Beberapa Karakteristik Perilaku Belajar
a. bahwa perubahan intensional, dalam arti
pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari
dilakukannya dan bukan secara kebetulan;dengan demikian, perubahan karena
kemantapan dan kematangan atau keletihan atau karena penyakit tidak dapat
dipandang sebagai perubahan hasil belajar;
b. bahwa perubahan itu positif, dalam arti
sesuai seperti yang diharapkan atau kriteria keberhasilan baik dipandang dari
segi siswa maupun dari segi guru;
c. bahwa perubahan itu efektif, dalam arti
membawa pengaruh dan makna tertentu bagi belajar itu relatif tetap dan setiap
saat diperlukan dapat direproduksi dan dipengaruhi seperti dalam pemecahan
masalah, baik dalam ujian, ulangan, dan sebagainya maupun dalam penyesuaian
diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku belajar mengajar
Secara fundamental
ditegaskan bahwa keefektivan perilaku belajar itu dipengaruhi oleh empat
hal, yaitu:
a. adanya motivasi, siswa harus menghendaki
sesuatu
b. adanya perhatian dan mengetahui sasaran,
siswa harus memperhatikan sesuatu
c. adanya usaha, siswa harus melakukan
sesuatu
d. adanya evaluasi dan pemantapan hasil
siswa harus memperoleh sesuatu.
Dengan mengembalikannya kepada tiga komponen utama dari
proses belajar-mengajar (yang harus diperhatikan oleh setiap guru yang bertugas
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi PBM), ialah komponen-komponen: S
(timulus), O(rganismic), R(esponse) (Makmun, 2007:164).
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
a. faktor internal (faktor dari dalam
siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
b. faktor eksternal (faktor dari luar
siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
c. faktor pendekatan belajar, yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling
berkaitan dan memengaruhi sutu sama lain. Seorang siswa yang bersikap
conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor
eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi
tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orangtuanya (faktor
eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan
kualitas hasil belajar. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut di
ataslah, muncul siswa-siswi yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau
gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompoten dan profesional
diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok
siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan
mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak
jelas dari menurunya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun,
kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku
siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman,
berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya
kesulitan belajar terdiri atas dua macam.
a. faktor intern siswa, yakni hal-hal atau
keadaan-keadaan yang umum dari dalam diri siswa sendiri;
b. faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau
keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
(Syah, 2010:170)
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan
belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan
identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang
menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut.
Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit
yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi
kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru
sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting
sebagai berikut:
a. menganalisis hasil diagnosis, yakni
menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk
memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi
siswa;
b. mengidentifikasi dan menentukan bidang
kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikab;
c. menyusun program perbaikan, khususnya
program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah langkah-langkah diatas selesai, barulah guru
melaksanakan langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan (Syah,
2010:173).
DAFTAR PUSTAKA
Makmun, Abis
Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar