Jumat, 05 Juni 2015

KETERAMPILAN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK TEACHER-COUNSELOR



Seorang guru bertanggung jawab terhadap pengelolaan kelas dengan kompleksitas dinamika yang ada, selain itu sebenarnya masih terdapat serangkaian tugas tambahan yang seringkali dirasa kurang dipersiapkan seperti:
1.      Merespon kebutuhan emosional peserta didik
2.      Membantu menyelesaikan konflik personal dan memisah pertengkaran siswa.
3.      Melayani dan mendampingi siswa yang tidak memiliki role model yang baik.
4.  Bertindak tepat  kepada siswa yang sedang berproses mencari jati diri dan   mengalami masalah pribadi.

5.  Mengidentifikasi siswa yang ditenggarai menggunakan narkoba, siswa yang terabaikan secara psikologis, siswa korban tindak kekerasan, dan berbagai masalah emosional-psikologis lainnya, dan bertindak tepat dalam merujuk tindakan kepada ahli yang sanggup menanganinya.
6.      Mengukur tingkat transisi perkembangan siswa, dan membimbing mereka untuk terus mengembangkan perkembangan fisik, emosional, sosial, dan spiritualnya, selain terus mengembangkan kemampuan kognitifnya.
7.      Membimbing diskusi mengenai penangan permasalahan pribadi, dan permasalahan yang bersifat emosional.
8.      Berpartisipasi dalam program pembelajaran individual.
9.      Mengadakan pertemuan orang tua, baik secara langsung atau menggunakan media komunikasi.
10.  Memfungsikan diri sebagai problem solver  bagi siswa yang terjebak dalam krisis.


Singkatnya, seorang guru bukan hanya harus terlatih dalam menyusun, merencanakan, mempersiapakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran saja, akan tetapi seorang guru yang profesional harus mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan beberapa kemampuan konseling yang akan menunjang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
            Tugas utama guru adalah mengajar dan dalam proses pembelajaran yang dihadapi adalah anak manusia yang bersifat “unik”. Dalam hal ini, kata unik mengandung berbagai pengertian. Pengertian yang pertama adalah unik dapat dimaknai bahwa tidak ada manusia yang sama, dalam pengertian bahwa manusia yang satu pasti berbeda dengan yang lain. Jangan kan anak yang berasal dari keturunan yang berbeda dan lingkungan yang sangan bervariasi, dua orang saudara kandung yang secara keturunan sama dan lingkungan yang relatif sama, juga akan menjadi pribadi-pribadi yang berbeda sehingga jika guru menghadapi 50 siswa pada dasarnya guru juga telah siap dengan 50 keunikan yang mereka miliki.
Guru memiliki peran yang banyak dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, salah satu peran vital guru adalah sebagai helper, dalam arti guru yang lebih banyak berinteraksi dengan siswa harus mampu mengidentifikasi permasalahan siswa, dan mampu memberikan bantuan dengan tepat. Keterampilan konseling yang dipelajari oleh guru dapat membantu mengembangkan kemampuan interpersonal, dimana guru dapat mengembangkan hubungan dengan siapa saja dengan lebih efektif dan positif. Guru yang telah mempelajari keterampilan dasar konseling, tidak bisa disebut konselor, karena merujuk pada aturan, konselor merupakan gelar professional yang telah memenuhi syarat akademis dan professional. Keterampilan konseling yang dilatihkan dan diajarkan kepada para guru dapat membantu mempertegas peran konselor, karena di dalamnya dijelaskan juga bagaimana seorang guru menjalin hubungan dengan tenaga professional lainnya, termasuk konselor di dalamnya.
Sebagai fasilitator penyelenggaraan konseling, seorang konselor harus memiliki berbagai keterampilan dasar konseling agar mencapai tujuan konseling yang efektif. Ada berbagai jenis keterampilan dasar konseling diantaranya yaitu atending, mengundang pembicaraan terbuka, paraphrase, refleksi perasaan dan konfrontasi. Kita akan bahas secara singkat berikut ini :
Keterampilan Atending
Keterampilan atending merupakan usaha pembinaan untuk menghadirkan klien dalam proses konseling. Keterampilan dasar ini harus dikuasai oleh konselor karena keberhasilan membangun kondisi awal akan menentukan proses dan hasil konseling yang diselenggarakan. Penciptaan dan pengembangan atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasa klien.
Keterampilan Mengundang Pembicaraan Terbuka
Keterampilan ini digunakan ketika konselor melakukan wawancara dengan klien. Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan pewawancara. Pertanyaan terbuka membuka peluang klien untuk mengemukakan ide perasaan dan arahnya tanpa harus menyesuaikan dengan setiap kategori yang telah ditentukan oleh pewawancara.
Keterampilan Paraprase
Paraprase adalah suatu keterampilan dasar dalam konseling yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antar pribadi. Esensi dari keterampilan ini adalah pengulangan kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien yang dirumuskan oleh konselor sendiri. Maksud dari kegiatan paraprase adalah: (1) menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan konselor berusaha memahami apa yang dinyatakan klien; (2) mengkristalisasi komentar klien dengan lebih singkat sehingga membantu mengarahkan wawancara; dan (3) memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor. Kegiatan paraprase bukan merupakan upaya untuk membaca apa yang terlintas di benak, tetapi suatu bantuan untuk memperoleh klarifikasi tambahan yang cermat.
Keterampilan Refleksi  Perasaan
Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespon keadaan perasaan klien terhadap situasi yang sedang dihadapi. Kemampuan ini akan mendorong dan merangsang klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapinya.  Merefleksi perasaan klien merupakan suatu teknik yang ampuh, karena melalui tindakan keterampilan tersebut akan terwujud suasana keakraban dan sekaligus pemberian empati dari konselor kepada klien. Esensi dari keterampilan ini adalah untuk mendorong dan merangsang klien agar dapat mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang dialami.
Keterampilan Konfrontasi
Konfrontasi dalam wawancara konseling dimaknai sebagai pemberian tanggapan terhadap pengungkapan kontradiksi dari klien. Konfrontasi yang efektif tidak menyerang klien, tetapi merupakan tanggapan khusus dan terbatas tentang perilaku klien yang tidak konsisten. Penggunaan keterampilan ini mensyaratkan beberapa tingkat kepercayaan dalam hubungan konseling yang telah dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan lain. Nada suara, cara mengintroduksi konfrontasi, sikap badan dan ekspresi wajah, serta tanda-tanda non verbal lainnya merupakan faktor-faktor utama dalam menerapkan keterampilan ini.
Sebagai pertanda dinamisnya kehidupan manusia, ia selalu mengalami perubahan dan kebutuhannya semakin meningkat sesuai dengan perkembangannya. Perubahan tersebut menimbulkan masalah-masalah yang merupakan ciri dinamika kehidupannya.
Peranan pendidikan dan tingkat perkembangan manusia merupakan faktor yang dominan terhadap kemampuannya untuk menanggapi masalah kehidupannya sehari-hari. Tingkat kemajuan suatu bangsa juga dapat ditinjau dari tingkat pendidikan rakyatnya. Semakin baik tingkat pendidikan masyarakat, semakin maju pula bangsanya. Oleh karena itu. Tidak mengherankan bahwa negara-negara maju sangat memperhatikan usaha pendidikan yang sesuai dengan kemajuan yang dicapai.




DAFTAR PUSTAKA
Hartina, Sitti. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.
Hasbullah. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Imaduddin. (2012). “Keterempilan Konseling untuk Meningkatkan Kemampuan Guru”. [Online]. Tersedia:
Susilo. (2011). “Keterampilan Dasar Konseling”. Tersedia:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar