Seorang guru bertanggung jawab
terhadap pengelolaan kelas dengan kompleksitas dinamika yang ada, selain itu
sebenarnya masih terdapat serangkaian tugas tambahan yang seringkali dirasa
kurang dipersiapkan seperti:
1. Merespon kebutuhan emosional
peserta didik
2. Membantu menyelesaikan konflik
personal dan memisah pertengkaran siswa.
3. Melayani dan mendampingi siswa
yang tidak memiliki role model yang baik.
4. Bertindak tepat kepada
siswa yang sedang berproses mencari jati diri dan mengalami masalah pribadi.
5. Mengidentifikasi
siswa yang ditenggarai menggunakan narkoba, siswa yang terabaikan secara psikologis,
siswa korban tindak kekerasan, dan berbagai masalah emosional-psikologis
lainnya, dan bertindak tepat dalam merujuk tindakan kepada ahli yang sanggup
menanganinya.
6. Mengukur tingkat transisi
perkembangan siswa, dan membimbing mereka untuk terus mengembangkan
perkembangan fisik, emosional, sosial, dan spiritualnya, selain terus mengembangkan
kemampuan kognitifnya.
7. Membimbing diskusi mengenai penangan
permasalahan pribadi, dan permasalahan yang bersifat emosional.
8. Berpartisipasi dalam program
pembelajaran individual.
9. Mengadakan pertemuan orang tua,
baik secara langsung atau menggunakan media komunikasi.
10. Memfungsikan diri sebagai problem solver bagi
siswa yang terjebak dalam krisis.
Singkatnya, seorang guru bukan
hanya harus terlatih dalam menyusun, merencanakan, mempersiapakan, melaksanakan
dan mengevaluasi pembelajaran saja, akan tetapi seorang guru yang profesional harus
mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan beberapa kemampuan konseling yang
akan menunjang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Tugas
utama guru adalah mengajar dan dalam proses pembelajaran yang dihadapi adalah
anak manusia yang bersifat “unik”. Dalam hal ini, kata unik mengandung berbagai
pengertian. Pengertian yang pertama adalah unik dapat dimaknai bahwa tidak ada
manusia yang sama, dalam pengertian bahwa manusia yang satu pasti berbeda
dengan yang lain. Jangan kan anak yang berasal dari keturunan yang berbeda dan
lingkungan yang sangan bervariasi, dua orang saudara kandung yang secara
keturunan sama dan lingkungan yang relatif sama, juga akan menjadi
pribadi-pribadi yang berbeda sehingga jika guru menghadapi 50 siswa pada
dasarnya guru juga telah siap dengan 50 keunikan yang mereka miliki.
Guru memiliki peran yang banyak
dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, salah satu peran vital guru adalah
sebagai helper, dalam arti guru yang lebih banyak berinteraksi
dengan siswa harus mampu mengidentifikasi permasalahan siswa, dan mampu
memberikan bantuan dengan tepat. Keterampilan konseling yang dipelajari oleh guru
dapat membantu mengembangkan kemampuan interpersonal, dimana guru dapat
mengembangkan hubungan dengan siapa saja dengan lebih efektif dan positif. Guru yang telah mempelajari
keterampilan dasar konseling, tidak bisa disebut konselor, karena merujuk pada
aturan, konselor merupakan gelar professional yang telah memenuhi syarat
akademis dan professional. Keterampilan konseling yang dilatihkan dan
diajarkan kepada para guru dapat membantu mempertegas peran konselor, karena di
dalamnya dijelaskan juga bagaimana seorang guru menjalin hubungan dengan tenaga
professional lainnya, termasuk konselor di dalamnya.
Sebagai fasilitator penyelenggaraan konseling, seorang konselor harus
memiliki berbagai keterampilan dasar konseling agar mencapai tujuan konseling
yang efektif. Ada berbagai jenis keterampilan dasar konseling diantaranya yaitu
atending, mengundang pembicaraan terbuka, paraphrase, refleksi perasaan dan
konfrontasi. Kita akan bahas secara singkat berikut ini :
Keterampilan
Atending
Keterampilan atending merupakan usaha pembinaan
untuk menghadirkan klien dalam proses konseling. Keterampilan dasar ini harus
dikuasai oleh konselor karena keberhasilan membangun kondisi awal akan
menentukan proses dan hasil konseling yang diselenggarakan. Penciptaan dan
pengembangan atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan sikap empati,
menghargai, wajar dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi
kebutuhan yang dirasa klien.
Keterampilan Mengundang
Pembicaraan Terbuka
Keterampilan ini digunakan ketika
konselor melakukan wawancara dengan klien. Ajakan terbuka untuk berbicara
memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan
pewawancara. Pertanyaan terbuka membuka peluang klien untuk mengemukakan ide
perasaan dan arahnya tanpa harus menyesuaikan dengan setiap kategori yang telah
ditentukan oleh pewawancara.
Keterampilan Paraprase
Paraprase adalah suatu
keterampilan dasar dalam konseling yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan
antar pribadi. Esensi dari keterampilan ini adalah pengulangan kata-kata atau
pemikiran-pemikiran kunci dari klien yang dirumuskan oleh konselor sendiri.
Maksud dari kegiatan paraprase adalah: (1) menyampaikan kepada klien bahwa
konselor bersama klien, dan konselor berusaha memahami apa yang dinyatakan
klien; (2) mengkristalisasi komentar klien dengan lebih singkat sehingga
membantu mengarahkan wawancara; dan (3) memberi peluang untuk memeriksa kecermatan
persepsi konselor. Kegiatan paraprase bukan merupakan upaya untuk membaca apa
yang terlintas di benak, tetapi suatu bantuan untuk memperoleh klarifikasi
tambahan yang cermat.
Keterampilan Refleksi
Perasaan
Refleksi perasaan merupakan
keterampilan konselor untuk merespon keadaan perasaan klien terhadap situasi
yang sedang dihadapi. Kemampuan ini akan mendorong dan merangsang klien untuk
mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang
dihadapinya. Merefleksi perasaan klien merupakan suatu teknik yang ampuh,
karena melalui tindakan keterampilan tersebut akan terwujud suasana keakraban
dan sekaligus pemberian empati dari konselor kepada klien. Esensi dari
keterampilan ini adalah untuk mendorong dan merangsang klien agar dapat
mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang dialami.
Keterampilan Konfrontasi
Konfrontasi dalam wawancara
konseling dimaknai sebagai pemberian tanggapan terhadap pengungkapan
kontradiksi dari klien. Konfrontasi yang efektif tidak menyerang klien, tetapi
merupakan tanggapan khusus dan terbatas tentang perilaku klien yang tidak
konsisten. Penggunaan keterampilan ini mensyaratkan beberapa tingkat
kepercayaan dalam hubungan konseling yang telah dikembangkan melalui
keterampilan-keterampilan lain. Nada suara, cara mengintroduksi konfrontasi,
sikap badan dan ekspresi wajah, serta tanda-tanda non verbal lainnya merupakan
faktor-faktor utama dalam menerapkan keterampilan ini.
Sebagai pertanda dinamisnya
kehidupan manusia, ia selalu mengalami perubahan dan kebutuhannya semakin
meningkat sesuai dengan perkembangannya. Perubahan tersebut menimbulkan
masalah-masalah yang merupakan ciri dinamika kehidupannya.
Peranan pendidikan dan tingkat
perkembangan manusia merupakan faktor yang dominan terhadap kemampuannya untuk
menanggapi masalah kehidupannya sehari-hari. Tingkat kemajuan suatu bangsa juga
dapat ditinjau dari tingkat pendidikan rakyatnya. Semakin baik tingkat
pendidikan masyarakat, semakin maju pula bangsanya. Oleh karena itu. Tidak
mengherankan bahwa negara-negara maju sangat memperhatikan usaha pendidikan
yang sesuai dengan kemajuan yang dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Hartina, Sitti.
(2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.
Hasbullah. (2006).
Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Imaduddin.
(2012). “Keterempilan Konseling untuk Meningkatkan Kemampuan Guru”.
[Online]. Tersedia:
http://wwwhouseofcounseling.blogspot.com/2012/05/counseling-skill-for-teacher.html yang direkam pada 16 Mei 2012. [23 Maret 2015].
Susilo. (2011).
“Keterampilan Dasar Konseling”. Tersedia:
https://adhisusilokons.wordpress.com/2011/03/07/keterampilan-dasar-konseling/ yang direkam pada 7 Mei 2011. [23 Maret 2015].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar