Senin, 09 Maret 2015

Posisi dan Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Praktik Pendidikan



Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif. Untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pribadi agar dapat membantu keseluruhan proses belajarnya.
            Berkenaan dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan tersebut di atas, Rochma Natawidjaja (1990:16) memberikan penjelasan sebagai berikut:
“....bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan di sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual siswa dalam bidang menangani ihwal sisi sosial pribadi siswa...”
            Lebih lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dn konseling memiliki fungsi memberikan bantuan kepada siswa dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan, yaitu membantu meratakan jalan menuju ALLAH swt; berguna bagi manusia, dan bermanfaat bagi kesejahteraan dan pembangunan bangsa, negara, dan umat manusia.
            Pengertian bimbingan yaitu proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.
Ada 5 tujuan fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri yaitu:
1.      Mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya.
2.      Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis.
3.      Mengambil keputusan yang bijak
4.      Mengarahkan diri sendiri.
5.      Mewujudkan diri sendiri.
            Pengertian Konseling yaitu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia dapat memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dapat dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya dimasa yang akan datang.
Pembentukan konsep diri dalam konseling berarti mengenai:
a.       Dirinya sendiri
b.      Orang lain
c.       Pendapat orang lain tentang dirinya
d.      Tujuan yang hendak dicapainya
e.       Serta kepercayaannya

            Jadi, dapat disimpulkan bahwa Bimbingan Konseling yaitu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli disebut (konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Fungsi Bimbingan
1.      Fungsi Pemahaman
Agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungan
2.      Fungsi  Fasilitas
Kemudahan dalam mencapai mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal
3.      Fungsi Penyesuaian
Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
4.      Fungsi Frefentif
Usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah
5.      Fungsi Penyaluran
            Membantu menyalurkan pribadinya masing-masing
6.      Fungsi Penyesuaian
Membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya
7.      Fungsi Perbaikan
Berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa
8.      Fungsi Pengembangan
            Dapat mengembangkan keseluruhan pribadinya secara terarah dan mantap
Sasaran dan Lingkup Bimbingan dan Konseling
1.      Sasaran Bimbingan dan Konseling.
Pada dasarnya sasaran  pelayanan bimbingan dan konseling disekolah ialah pribadi siswa secara perseorangan. Ini tidaklah berarti bahwa pelayanan bimbingan dan konseling bersifat individu diatas segala-galanya, melainkan bimbingan dan konseling mempunyai sasaran mengembangkan apa yang terdapat pada diri tiap-tiap individu secara optimal agar masing-masing individual dapat sebesar-besarnya berguna bagi dirinya sendiri, lingkungannya, dan masyarakat pada umumnya.
2.      Lingkup Bimbingan dan Konseling.
·         Segi fungsi
·         Segi sasaran
·         Segi pelayanan: pelayanan orientasi, pelayanan informasi, dan pelayanan   pembelajaran
Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling
            Hakikat penyelenggaraan bimbingan dan konseling bukan hanya semata-mata terletak ada atau tidaknya landasan hukum,akan tetapi upaya untuk memfasilitasi peserta didik yang disebut ”konseli”.
1.      Proses perkembangan
Konseli>Perubahan>Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat
2.      Paradigma pendekatan bimbingan dan konseling :
·         Bimbingan dan Konseling Komprehensif
·         Bimbingan dan konseling berbasis standar
Peranan Guru dalam Menunjang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1.      Guru sebagai perancang pembelajaran (designer of intruction),  memiliki kemempuan untuk merencanakan atau merancang kegitan belajar mengajar secara efektif dan efisien. Guru berperan aktif dalam PBM dengan memperhatikan berbagai komponen meliputi :
·         Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu  fasilitas , perkembangan ilmu dll
·         Merancang metode yang disesuaikan dengan  situasi dan kondisi  siswa
·         Menyediakan sumber belajar
·         Media
2.      Guru sebagai pengelola pembelajaran (Manager of intructions)
Guru sebagai pengelola pengajaran dituntut memiliki kemampuan untuk mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar yang sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efektif dan efisien.
3.      Guru sebagai pengarah pembelajaran
Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah:
·         membangkitkan dorongan siswa untuk belajar
·         menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran
·      memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik di kemudian hari.
·         membentuk kebiasaan belajar yang baik
4.      Guru sebagai evaluator (evaluator of student learning)
Dalam hal ini guru dituntut untuk secara terus-menerus mengikuti hasil-hasil (prestasi) belajar yang telah dicapai peserta didiknya dari waktu ke waktu.
5.      Guru sebagai pelaksana kurikulum
Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi.
6.      Guru sebagai pembimbing (konselor)
Dalam hal ini guru dituntut untuk mengadakan pendekatan buka saja melalui pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan  pendekatan yang bersifat pribadi.
            Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan seluruh perilaku yang mencangkup adar istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia. Untuk membangun karakter bangsa, haruslah diawali dari lingkup yang terkecil. Khususnya di sekolah, ada baiknya kita menganalogikan proses pembelajaran di sekolah dengan proses kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan nilai-nilai tersebut di atas dapat dilaksanakan melalui pembelajaran. Tentu saja pembelajaran yang dapat mengadopsi semua nilai-nilai karakter bangsa yang dibandung.
            Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Pesan dari UU Sisdiknas tahun 2003 bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian, sehingga nantinya akan lahir generasi muda yang tumbuh dan berkembang dengan kepribadian yang bernafas nilai-nilai luhur agama dan pancasila. Sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki peran yang central dalam mengembangkan dan menanam nilai-nilai karakter. Semua masyarakat sepakat tentang pentingnya karakter dalam kehidupan, tetapi jauh lebih penting bagaimana menyusun dan mengatur secara sistematis sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dalam kehidupan.
            Selama ini bimbingan karakter sudah ada di sekolah seperti bimbingan konseling, tetapi itu bervariasi. Di sekolah guru BP tidak bisa meraih semua karena dalam kenyataannya guru BP hanya membimbing siswa yang terkena masalah dan siswa yang lain seolah terbebas dari masalah, keberadaan gru BP sendiri kadang dirangkap oleh guru mata pelajaran. Akhirnya, konsep pendidikan karakter di sekolah tinggi pernah bisa optimal.

Daftar Pustaka


Dewi. (2010). “Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Serta Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling”. [Online]. Tersedia: dewi-dewilin.blogspot.in/2010/09/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-dalam.html yang direkam pada 19 september 2010 15:19 GMT. [7 Maret    2015]

Fatma. (2013). “Peran Bimbingan Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan dan Karakter Anak Didik”. [Online]. Tersedia: dinafatma92.blogspot.in/2013/11/bimbingan-penyuluhan-bk.html yang direkam pada 1 desember 2013. [07 Maret 2013].

Kartadinata S dan Farozi M,dkk. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: TIM Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Departeman Pendidikan Nasional.

Sukardi, Dewa Ketut. (1995).  Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wati. (2013). “Sasaran dan Sifat BK”. [Online]. Tersedia: rhienn.blogspot.com/2013/10/sasaran-dan-sifat-bk.html yang direkam pada 23 oktober 2013 08:39 GMT. [07 Maret 2015] 

Yusuf, dan Nurihsan. (2011). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT   Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar