Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya
pada tatanan persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan
peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk
memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui
proses pembelajaran secara efektif. Untuk membantu siswa dalam proses
pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pribadi agar dapat
membantu keseluruhan proses belajarnya.
Berkenaan
dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan tersebut di atas, Rochma
Natawidjaja (1990:16) memberikan penjelasan sebagai berikut:
“....bimbingan dan konseling memiliki
fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan di sekolah, yaitu sebagai pendamping
fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual siswa
dalam bidang menangani ihwal sisi sosial pribadi siswa...”
Lebih
lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dn konseling memiliki fungsi memberikan
bantuan kepada siswa dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan,
yaitu membantu meratakan jalan menuju ALLAH swt; berguna bagi manusia, dan
bermanfaat bagi kesejahteraan dan pembangunan bangsa, negara, dan umat manusia.
Pengertian
bimbingan yaitu proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau
sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar
individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.
Ada 5 tujuan fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri yaitu:
Ada 5 tujuan fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri yaitu:
1. Mengenal
diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya.
2. Menerima
diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis.
3. Mengambil
keputusan yang bijak
4. Mengarahkan
diri sendiri.
5. Mewujudkan
diri sendiri.
Pengertian
Konseling yaitu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya
dia dapat memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dapat
dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya dimasa yang akan datang.
Pembentukan
konsep diri dalam konseling berarti mengenai:
a.
Dirinya sendiri
b.
Orang lain
c.
Pendapat orang
lain tentang dirinya
d.
Tujuan yang hendak
dicapainya
e.
Serta
kepercayaannya
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Bimbingan Konseling yaitu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling (face to face)
oleh seorang ahli disebut (konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu
masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang
ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya
sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat
merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Fungsi
Bimbingan
1.
Fungsi Pemahaman
Agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungan
2.
Fungsi Fasilitas
Kemudahan
dalam mencapai mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal
3.
Fungsi
Penyesuaian
Agar
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
4.
Fungsi Frefentif
Usaha
pencegahan terhadap timbulnya masalah
5.
Fungsi
Penyaluran
Membantu menyalurkan pribadinya
masing-masing
6.
Fungsi Penyesuaian
Membantu
terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya
7.
Fungsi Perbaikan
Berusaha
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa
8.
Fungsi
Pengembangan
Dapat mengembangkan keseluruhan
pribadinya secara terarah dan mantap
Sasaran
dan Lingkup Bimbingan dan Konseling
1.
Sasaran
Bimbingan dan Konseling.
Pada
dasarnya sasaran pelayanan bimbingan dan
konseling disekolah ialah pribadi siswa secara perseorangan. Ini tidaklah
berarti bahwa pelayanan bimbingan dan konseling bersifat individu diatas
segala-galanya, melainkan bimbingan dan konseling mempunyai sasaran
mengembangkan apa yang terdapat pada diri tiap-tiap individu secara optimal
agar masing-masing individual dapat sebesar-besarnya berguna bagi dirinya
sendiri, lingkungannya, dan masyarakat pada umumnya.
2.
Lingkup
Bimbingan dan Konseling.
·
Segi fungsi
·
Segi sasaran
·
Segi pelayanan:
pelayanan orientasi, pelayanan informasi, dan pelayanan pembelajaran
Hakikat
dan Urgensi Bimbingan dan Konseling
Hakikat
penyelenggaraan bimbingan dan konseling bukan hanya semata-mata terletak ada
atau tidaknya landasan hukum,akan tetapi upaya untuk memfasilitasi peserta
didik yang disebut ”konseli”.
1.
Proses
perkembangan
Konseli>Perubahan>Iklim
lingkungan kehidupan yang kurang sehat
2.
Paradigma
pendekatan bimbingan dan konseling :
·
Bimbingan dan
Konseling Komprehensif
·
Bimbingan dan
konseling berbasis standar
Peranan
Guru dalam Menunjang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1.
Guru sebagai
perancang pembelajaran (designer of intruction), memiliki kemempuan untuk merencanakan atau
merancang kegitan belajar mengajar secara efektif dan efisien. Guru berperan
aktif dalam PBM dengan memperhatikan berbagai komponen meliputi :
·
Menyiapkan
materi yang relevan dengan tujuan, waktu
fasilitas , perkembangan ilmu dll
·
Merancang metode
yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi siswa
·
Menyediakan
sumber belajar
·
Media
2.
Guru sebagai
pengelola pembelajaran (Manager of intructions)
Guru
sebagai pengelola pengajaran dituntut memiliki kemampuan untuk mengelola
seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi
belajar yang sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efektif
dan efisien.
3.
Guru sebagai
pengarah pembelajaran
Empat
hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah:
·
membangkitkan
dorongan siswa untuk belajar
·
menjelaskan
secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran
· memberikan
ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian
prestasi yang lebih baik di kemudian hari.
·
membentuk
kebiasaan belajar yang baik
4.
Guru sebagai
evaluator (evaluator of student learning)
Dalam
hal ini guru dituntut untuk secara terus-menerus mengikuti hasil-hasil
(prestasi) belajar yang telah dicapai peserta didiknya dari waktu ke waktu.
5.
Guru sebagai
pelaksana kurikulum
Keberhasilan
dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bertanggung jawab dalam upaya
mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi.
6.
Guru sebagai
pembimbing (konselor)
Dalam
hal ini guru dituntut untuk mengadakan pendekatan buka saja melalui pendekatan
instruksional akan tetapi dibarengi dengan
pendekatan yang bersifat pribadi.
Pembangunan karakter bangsa adalah
upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan seluruh perilaku yang mencangkup
adar istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa
Indonesia. Untuk membangun karakter bangsa, haruslah diawali dari lingkup yang
terkecil. Khususnya di sekolah, ada baiknya kita menganalogikan proses
pembelajaran di sekolah dengan proses kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan
nilai-nilai tersebut di atas dapat dilaksanakan melalui pembelajaran. Tentu
saja pembelajaran yang dapat mengadopsi semua nilai-nilai karakter bangsa yang
dibandung.
Pembentukan karakter merupakan salah
satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan
bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta
didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Pesan dari UU
Sisdiknas tahun 2003 bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan
manusia yang pintar namun juga berkepribadian, sehingga nantinya akan lahir
generasi muda yang tumbuh dan berkembang dengan kepribadian yang bernafas
nilai-nilai luhur agama dan pancasila. Sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai
dengan perguruan tinggi memiliki peran yang central dalam mengembangkan dan
menanam nilai-nilai karakter. Semua masyarakat sepakat tentang pentingnya karakter
dalam kehidupan, tetapi jauh lebih penting bagaimana menyusun dan mengatur
secara sistematis sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dalam kehidupan.
Selama ini bimbingan karakter sudah
ada di sekolah seperti bimbingan konseling, tetapi itu bervariasi. Di sekolah
guru BP tidak bisa meraih semua karena dalam kenyataannya guru BP hanya
membimbing siswa yang terkena masalah dan siswa yang lain seolah terbebas dari
masalah, keberadaan gru BP sendiri kadang dirangkap oleh guru mata pelajaran.
Akhirnya, konsep pendidikan karakter di sekolah tinggi pernah bisa optimal.
Daftar Pustaka
Dewi. (2010). “Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam
Pendidikan Serta Konsep Dasar
Bimbingan dan Konseling”. [Online]. Tersedia: dewi-dewilin.blogspot.in/2010/09/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-dalam.html yang direkam pada 19 september 2010
15:19 GMT. [7 Maret 2015]
Fatma. (2013).
“Peran Bimbingan Konseling dalam Meningkatkan Kedisiplinan dan Karakter Anak Didik”. [Online].
Tersedia: dinafatma92.blogspot.in/2013/11/bimbingan-penyuluhan-bk.html
yang direkam pada 1 desember 2013.
[07 Maret 2013].
Kartadinata S dan
Farozi M,dkk. (2007). Rambu-Rambu
Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: TIM Direktorat
Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Departeman Pendidikan Nasional.
Sukardi, Dewa Ketut.
(1995). Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Wati. (2013). “Sasaran dan Sifat BK”. [Online]. Tersedia: rhienn.blogspot.com/2013/10/sasaran-dan-sifat-bk.html
yang direkam pada 23 oktober 2013 08:39
GMT. [07 Maret 2015]
Yusuf, dan Nurihsan.
(2011). Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar